Asal Usul Catatan Kebaikan Bagi Seorang Hamba
ASAL USUL CATATAN KEBAIKAN BAGI SEORANG HAMBA
يُكْتَبُ لِلْعَبْدِ عَمَلُهُ الَّذِيْ بَاشَرَهُ، وَيُكَمَّلُ لَهُ مَا شَرَعَ فِيْهِ وَعَجَزَ عَنْ تَكْمِيْلِهِ قَهْراً عَنْهُ، وَيُكْتَبُ لَهُ مَا نَشَأَ عَنْ عَمَلِهِ
Seorang hamba akan ditulis untuknya perbuatan yang dia lakukan sendiri dan akan dinilai sempurna amal perbuatan yang mulai dilakukannya namun dia terpaksa tidak bisa melanjutkannya juga akan dituliskan untuknya apa-apa yang timbul dari amal perbuatannya tersebut
Tiga hal ini termasuk diantara karunia Allâh Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya juga termasuk bukti betapa rahmat Allâh itu sangat luas.
Ketiganya disebutkan dalam al-Qur’ân.
1. Amal Perbuatan Yang Dilakukan Sendiri
Banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan kebaikan akan dicatat untuknya kebaikan yang dilakukan itu. Diantaranya adalah firman Allâh Azza wa Jalla:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allâh kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [al-Maidah/5:105]
Juga firman-Nya :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. [al-Baqarah/2:286]
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. [Yûnus/10:41]
2. Amal Perbuatan Yang Mulai Dilakukan Namun Terpaksa Tidak Bisa Dilanjutkan Atau Dituntaskan
Jika seseorang sudah memulai melakukan suatu amalan, namun terpaksa dia tidak bisa melanjutkan amalan tersebut, padahal dia sangat berantusias untuk melanjutkannya, maka dia mendapatkan pahala sempurna, meskipun dia belum selesai. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allâh dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [an-Nisâ’/4:100]
Berdasarkan ini, semua orang yang memulai amal kebaikan namun terpaksa tidak melanjutkannya dengan sebab wafat misalnya, atau fisiknya lemah, atau hartanya habis, sementara niatnya, seandainya tidak ada penghalang ini pasti dia sudah melanjutkannya atau menyempurnakannya. Orang seperti ini telah dicatatkan kebaikan yang sempurna disisi Allâh Azza wa Jalla .
3. Pengaruh Dari Perbuatan Hamba
Efek baik dari perbuatan dilakukan oleh seorang hamba juga akan menjadi catatan kebaikan bagi sang hamba, dengan tanpa mengurangi pahala pelaku kebaikan berikutnya. Tentang pengaruh dari amal kebaikan seseorang, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh mahfûzh) [Yasin/36:12]
Efek yang muncul dari amalan seseorang itu ada dua macam :
1. Pertama, terjadi tanpa sengaja. Misalnya seseorang melakukan kebaikan, lalu banyak orang yang mengikuti kebaikan tersebut. Seperti ini akan dicatat sebagai buah dari perbuatannya.
2. Kedua, terjadi sesuai dengan keinginannya, seperti orang yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat.
Aktifitasnya mengajarkan ilmu yang bermanfaat itu sudah merupakan amalan mulia, kemudian ilmu dan kebaikan yang muncul dari aktifitas ini, yaitu ilmu dan kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang diajarinya masuk dalam kategori buah dari amalannya. Sebagaimana juga orang yang melakukan kebaikan agar ditiru orang lain; Atau orang yang menikah dengan niat mendapatkan anak keturunan yang shalih lalu keinginannya menjadi kenyataan misalnya; Juga orang yang menanam atau membuat sesuatu dengan tujuan agar bisa dimanfaatkan oleh orang lain dalam urusan dunia dan agama. Jika tujuannya tercapai, maka manfaat yang muncul, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, merupakan buah dari amalnya dan dia berhak mendapatkan pahala darinya.
Itulah tiga jenis amalan yang akan dicatatkan bagi seorang hamba. Semoga tulisan singkat ini bisa memacu kita untuk berlomba melakukan kebaikan dan tidan menunda-nundanya lagi.
(Diangkat dari al-Qawâ’idul Hisân, Syaikh Muhammad Nashir as-Sa’di, kaidah ke-56)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVI/1434H/2013. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/4252-asal-usul-catatan-kebaikan-bagi-seorang-hamba.html